Minggu, 09 Juni 2013

Wajib Militer, Efektifkah?

Beberapa saat yang lalu, pemerintah sempat menggulirkan wacana wajib militer bagi PNS dan buruh. Tentu ini mengundang banyak reaksi di masyarakat, mulai dari yang pro hingga yang kontra.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, seperti dilansir kompas.com tanggal 2 Juni 2013, menyatakan dukungannya terhadap pemerintah terkait wacana wajib militer. "Setuju, dalam rangka pertahanan negara, bagus itu," ujar Jokowi pada pembukaan HUT ke-486 DKI di Jakarta Timur, Minggu (2/6/2013).

Sementara anggota Komisi I DPR RI fraksi Partai Golkar Nurul Arifin menyatakan bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dalam RUU Komponen Cadangan, seperti masa bakti selama 5 tahun yang dianggap terlalu lama dibandingkan dengan negara lain yang telah menerapkan wajib militer seperti Jepang dan Singapura. "Jika dihitung secara keseluruhan, lima tahun masa bakti, dan satu bulan tiap tahun guna pembinaan satuan, maka waktunya terlalu banyak," ujar Nurul.

Sebagaimana dilansir dari situs wikipedia.org, wajib militer atau seringkali disingkat sebagai wamil adalah kewajiban bagi seorang warga negara berusia muda, biasanya antara 18 - 27 tahun untuk menyandang senjata dan menjadi anggota tentara dan mengikuti pendidikan militer guna meningkatkan ketangguhan dan kedisiplinan seorang itu sendiri. Wamil biasanya diadakan guna untuk meningkatkan kedisiplinan, ketangguhan, keberanian dan kemandirian seorang itu dan biasanya diadakan wajib untuk pria lelaki.

Wajib militer di Indonesia sendiri telah termaktub dalam konstitusi, dengan kata lain wajib militer legal di mata hukum. Namun pelaksanaannya belum ditetapkan secara mendetail.

Sejarah panjang bangsa Indonesia telah menunjukkan bagaimana wajib militer berperan dalam pertahanan dan ketahanan nasional. Masa kelam paradigma kemiliteran pada Orde Baru telah membuat sebagian besar rakyat Indonesia merasa trauma.

Sebagian kalangan menganggap wajib militer sangat penting bagi ketahanan nasional. Namun yang perlu diingat adalah suatu negara dihargai tidak hanya dari kekuatan militernya, tetapi juga dari budaya masyarakatnya. Apabila masyarakatnya disiplin, ulet, dan tangguh, banyak negara yang segan padanya. Beberapa kalangan menilai bahwa implementasi wajib militer masih jauh dan perlu dikaji ulang agar tidak terjadi ketimpangan.

Terlepas dari wacana apa pun yang digulirkan, kita sebagai rakyat Indonesia berkewajiban menjaga harga diri NKRI agar Indonesia menjadi bangsa yang besar.

Ditulis oleh Eko Nur-Syah Hidayat di kamar saya di pojok rumah saya yang berlokasi di sebuah perkampungan di Bekasi, Jawa Barat (Koordinat:  6°12'50.33"LS 106°58'31.71"BT)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar